Kantor
PT. Panguji Luhur Utama

Jl. Pahlawan Revolusi No.10, RT.9/RW.7, Pd. Bambu, Kec. Duren Sawit, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13430

email : info@palumatravel.com

 

Perang Khaibar : Penyebab dan Kesepakatannya

Perang Khaibar adalah peperangan antara umat muslim yang dipimpin oleh Rasulullah SAW melawan orang-orang Yahudi yang tinggal di Khaibar. Peperangan yang terjadi pada tahun 628 Masehi atau 7 Hijriyah ini berlangsung di Khaibar, sebuah oasis yang terletak sekitar 150 km di utara Kota Madinah. Pada saat itu, Kota Khaibar atau sering disebut negeri Hijaz adalah sebuah benteng bagi kaum Yahudi. Dengan tanah yang subur dan air yang berlimpah, kota ini menjadi tempat perlindungan sempurna bagi kaum Yahudi. Oleh karena itu, Perang Khaibar menjadi salah satu pertempuran umat muslim yang paling sengit karena pasukan Yahudi sangat kuat. Pertempuran ini berlangsung sekitar dua minggu dan berakhir dengan kemenangan umat Islam.

Setelah perang Yahudi-Romawi, kaum Yahudi mulai mendiami Khaibar dan mengembangkan pertanian di tanahnya yang sangat subur. Lambat laun, posisi mereka pun sangat dominan, baik secara budaya, ekonomi, dan politik. Selain itu, orang-orang Yahudi juga membangun benteng dan menyimpan pedang, tombak, perisai, serta persenjataan lainnya. Pada akhirnya, di Khaibar berdiri banyak perkampungan Yahudi yang terpusat pada tiga wilayah, yaitu Natat, Shiqq, dan Katiba. Sementara itu, di Kota Madinah terdapat tiga klan Yahudi yang kuat, yaitu Bani Qaynuqa, Bani Al-Nadir, dan Bani Qurayzah.

Saat Rasulullah SAW hijrah ke Kota Madinah, beberapa tokoh penting yang ada mulai masuk Islam. Dalam perkembangannya, perselisihan antara Rasulullah SAW dengan tiga klan Yahudi terkuat di Kota Madinah tidak dapat dihindari. Dari serangkaian insiden tersebut, Bani Al-Nadir akhirnya terusir dari Kota Madinah pada tahun 625 Masehi dan menetap di Khaibar. Setelah terusir dari Kota Madinah, pemimpin Bani Al-Nadir terus melakukan upaya untuk mengumpulkan sekutu guna melawan Rasulullah SAW. Cara-cara yang dilakukan adalah dengan menyogok dan menghasut klan Yahudi lainnya, hingga mengadu domba umat muslim. Para cendekiawan meyakini bahwa berbagai intrik yang dilakukan Bani Al-Nadir itulah yang menjadi penyebab Perang Khaibar. Menghadapi kenyataan tersebut, Rasulullah SAW tidak mempunyai pilihan selain menyerang Khaibar.

Pada Maret 628 M atau 7 Hijriyah, pasukan muslim yang dipimpin oleh Rasulullah SAW berangkat menuju Khaibar. Kekuatan muslim diperkirakan terdiri dari hampir 2.000 pasukan dan 200 kuda. Dibandingkan dengan kekuatan Khaibar yang mencapai 10.000 tentara, umat muslim memang kalah jumlah. Akan tetapi, pasukan muslim dapat menaklukkan jarak sekitar 150 km dari Kota Madinah ke Khaibar dalam waktu tiga hari hingga mengejutkan pihak Yahudi. Akibatnya, klan Yahudi di Khaibar gagal membangun pertahanan yang terorganisir dan terpusat. Karena sifat kaum Yahudi yang terlalu meremehkan umat muslim, pasukan Rasulullah SAW dapat dengan mudah menaklukkan benteng di Khaibar satu per satu. Kendati demikian, pertahanan Yahudi belum sepenuhnya berhasil ditembus oleh umat muslim. Bahkan komandan pasukan Yahudi sempat diganti beberapa kali karena gugur dalam pertempuran. Lamanya Perang Khaibar mencapai dua pekan dan pertempuran baru berakhir saat kaum Yahudi menyerah karena kedudukannya semakin terdesak.

Pertempuran Khaibar menelan 93 korban jiwa dari pihak Yahudi dan 15 orang umat muslim. Setelah pertempuran diakhiri, Rasulullah SAW dan kaum Yahudi membuat sebuah kesepakatan. Dalam kesepakatan tersebut, orang-orang Yahudi harus meninggalkan Khaibar dan menyerahkan kekayaan mereka. Sementara itu, Rasulullah SAW berjanji akan menghentikan peperangan dan tidak menyakiti orang Yahudi. Setelah Khaibar ditaklukkan, orang-orang Fadak meminta untuk diperlakukan dengan lunak, sebagai imbalan dari penyerahan diri mereka. Dengan penaklukkan kaum Yahudi di Khaibar, pengaruh Islam di Kota Madinah pun semakin kuat.

Bagikan Artikel
Admin
Admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *